Puisi Gawat Darurat Karya Noorca M. Massardi

Kegawatan dan kedaruratan
Sedang melanda negeri ini
Para anggota dewan yang terhormat
Dan para birokrat di departemen
Berpeluh dan berkucur keringat
Mereka sibuk melobi dan menguji
Sebuah rancangan undang-undang
Yang dianggap sangat mendesak
Untuk menyelamatkan negeri dari bahaya
Terutama bila dibiarkan berlama-lama
Dan pengesahannya ditunda-tunda

Rupanya para warga terhormat itu mengira
Negara bakal segera kiamat
Kalau bukan akhir desember nanti
Tentulah esok ataukah lusa

Karena itulah
Mereka segera bersidang dan berlokakarya
Dari hotel ke hotel dan aneka ruang restoran
Sejak pagi sampai siang
Dari sore hingga malam
Dengan anggaran dari negara
Atau sumbangan pemangku kepentingan
Yang tak sabar inginkan perubahan
Seolah dikejar tayang dan setoran

Bukan !
Rancangan undang-undang yang disiapkan itu
Bukan tentang kegawatan di perbatasan
Bukan tentang ancaman perang dari negeri jiran
Bukan tentang perampokan budaya warisan
Bukan tentang penguasaan pulau-pulau terluar
Bukan pula tentang malapetaka kebudayaan
Bukan!
Bukan itu!

Tapi para anggota dewan dan birokrat
Sungguh-sungguh gawat dan darurat
Mereka melihat negeri seolah sekarat
Hingga mereka berbanjir peluh dan keringat
Hilir mudik melobi menguji publik
Dari kota ke kota yang mereka pilih
Dari kampus ke kampus yang akan mendukung
Mereka jajakan rancangan undang-undang
Yang begitu penting tiada banding
Yang akan mengguncang umat di pelosok negeri
Karena dianggap menyangkut hajat
Dan hidup mati orang banyak

Bukan!
Rancangan undang-undang yang diburu-buru itu
Bukan tentang kelemahan sistem pertahanan
Yang tak mampu menghadang serangan lawan
Bukan tentang langkanya 9 bahan kebutuhan
Yang mengancam kenyamanan kesejahteraan
Bukan tentang papan sandang dan pangan
Yang kian melambung dan tak terbayangkan
Bagi jutaan korban bencana dan kemiskinan
Bukan tentang korupsi dan krisis kebudayaan
Bukan!
Bukan itu!

Tapi para anggota dewan dan birokrat
Yang terhormat dan menjelang berangkat
Yang harus segera mengembalikan mandat
Kepada rakyat yang memberi amanat
Tiba-tiba melihat cahaya di kegelapan
Di dalam ruang-ruang berhawa pendingin
Diiringi suara mengguncang bergerincing
Disertai rangkaian citra yang terus bergerak
Di tengah pesona dunia penuh rekaan
Di alam khayali yang begitu nyata
Hasil karya dan cipta manusia
Yang tak berbatas dan tak dibatasi

Mereka sekonyong-konyong melihat bahaya
Seolah gambar tiga dimensi di depan mata
Sehingga mereka terlompat dari duduknya
Dan berteriak panik di antara penonton:

“Awas!
Awasi!
Jangan biarkan mereka mencipta
Tanpa mendaftar daripada menteri!
Jangan biarkan mereka beraksi
Tanpa diatur daripada menteri!
Jangan biarkan mereka berusaha
Tanpa izin daripada menteri!
Jangan edarkan karya cipta mereka
Tanpa ditata daripada menteri!
Jangan biarkan mereka miliki hak eksklusif
Tanpa kewajiban daripada menteri!”

Para penonton pun gempar
Lampu ruangan segera dinyalakan
Para petugas berdatangan
Mereka siap mengamankan penonton
Yang sama-sama memiliki hak
Untuk menikmati pesona dan hiburan
Dengan membayar royalti pemilik hak cipta
Yang karyanya tengah dipersembahkan
Kepada setiap warga secara demokratis

Gedung pun gawat dan darurat sesaat
Para anggota dewan yang terhormat
Dan birokrat yang berpeluh berkeringat
Kemudian terjaga dari mimpi buruknya
Mereka berdiri dan memohon maaf
Lalu segera keluar dari ruangan
Dan mereka berjanji setengah mati
Akan segera membatalkan niat
Membuat undang-undang yang penuh mudharat
Dan tak bermanfaat bagi semua umat

Sementara ketua panja dan ketua pansus
Segera menyalami para hadirin
Sambil tak berhenti memohon maklum
Karena telah mengganggu kenikmatan mereka
Yang mencari hiburan dan sekadar harapan
Untuk mendapatkan ilham dan pencerahan
Melalui karya cipta dan teknologi manusia
Bukti tayang kecanggihan ilmu pengetahuan
Yang bebas dan tak berbatas
Yang tak butuh pasal dan undang-undang
Karena para pencipta dan pengusaha
Adalah insan manusia berbudaya
Yang bertanggungjawab pada lingkungan
Yang sudah tunduk dan patuh tuh tuh tuh
Pada pelbagai undang-undang dan peraturan
Yang diciptakan anggota dewan dan birokrat
Sejak mereka lahir
Hingga ke ujung hayat
Dan berakhir
Di liang lahat
Sungguh gawat!
(Jakarta, Kamis, 3 September 2009)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama