Puisi Empang Kapuk Karya Pilo Poly

Di Empang Kapuk, nyamuk
mengigit bulan. Dia lebih
ganas dari kelaparan dan
pengangguran.

Tulang punggung dan mulutnya,
terbuat dari bau pesing
orang miskin yang
rajin bayar pajak.

Lihatlah pos ini
televisi mengabarkan
hura-hura pejabat. Sedang
rakyat, liurnya kering dan
rindu bau makanan mewah,
tidur nyenyak sambil
meluruskan badan dengan
sejahtera.

Tak ada bunyi petasan
malam ini, lebaran yang
nyala di dada, adalah
cara untuk khusyuk pada
kata rindu, senyum keluarga,
meski bulan Juni, sepahit
kopi di atas meja penuh aroma
tikus mati, yang diterbangkan
angin di tanah penggusuran.

(EMPANG KAPUK, 2018)



Sumber: Biem.co, 7 Juli 2018.
Surya Adhi

Seorang yang sedang mencari bekal untuk pulang.

Traktir


Anda suka dengan karya-karya di web Narakata? Jika iya, maka Anda bisa ikut berdonasi untuk membantu pengembangan web Narakata ini agar tetap hidup dan update. Silakan klik tombol traktir di bawah ini sesuai nilai donasi Anda. Terima kasih.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama