Puisi Destilasi Alkena Karya Wira Nagara

Pernah bahagia kita merekah indah, tanpa sedikitpun gelisah.
Saat lantunan rindu adalah alasan tiap pertemuan, saat mencintaimu bukan hanya sekedar lamunan.
Semurung mendung sederas hujan, mimpiku memuai hebat adanya ketiadaan.
Aku tak pernah menyesal atas keputusanmu memilihnya, yang aku sesalkan adalah tidak ada sedetikpun kesempatan bagiku membuatmu bahagia.

Kesalahanku, menjadikanmu alasan segala rindu..
Waktupun mengurangi tetesan hujan, menjadi bulir-bulir kenangan.
Ia menelusuk tanpa permisi membasahi nurani.
Merangkat naik menyusun kata yang dibicarakan oleh pelupuk, memaksa mata bekerja mengeluarkan kalimat penuh derita.

Degup jantung menyatu detik, menyuarakan penyesalan yang runtuh menitik.
Bukan perih yang aku ratapi, tapi pengertian yang tak pernah kau beri.
Sadarlah... aku telah mencintaimu dengan terengah-engah.
Mencibir oksigen dengan menjadikanmu satu-satunya udara yang aku izinkan mengisi setiap rongga.
Menghempas darah dengan namamu yang mengalir membuat jantungku berirama.
Padamu aku jatuh hati.. bahkan sebelum tuhan merencanakan adam dan hawa diturunkan ke bumi.
Kesalahanku, tak pernah mencintaimu selain kamu...

Tingkat sepi paling mengerikan adalah sepi dalam keramaian, mengulik rasa secara primitif dan tak pernah mengenali dunia yang telah jauh mengalami perubahan
Bagaimana mungkin aku menjauh, jika hanya padamu keangkuhanku meluluh?
Bagaimana mungkin aku pergi, jika bayanganmu masih saja menghiasi mimpi?
Bagaimana mungkin aku berpindah, jika hanya padamu hatiku bersinggah?
Kesalahanku, isi doaku tak pernah selain dirimu..
Cinta tak selamanya tentang kepemilikan, tapi cinta adalah tentang keikhlasan.
Terima kasih untuk segala rasa..
Kesalahanku adalah tak pernah merasa, bahwa untuku kau tak pernah punya cinta.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama