Puisi Bulan Untuk Ibu Karya Raudal Tanjung Banua

Ibu, di tubuhmu yang tabu untuk kusentuh
Kulabuhkan ingatan keparat dan menyesakkan
demi sebait puisi yang menjadikan engkau bulan

Akan bangkit gairah yang runtuh
Meski ajal dan kepulangan terlanjur sudah dijanjikan

Tungku-tungku telah dinyalakan
Kutu-kutu telah ditindas dari rambut
Sagu-sagu telah ditebang dari lahan gambut
Susu-susu sudah diperas
dari setiap daging yang tumbuh
Padi-padi telah ditumbuk
dari lumbung dan lesung

Lalu, apalagikah yang belum genap
dari tubuhmu, Ibu?

Di tubuhmu bersarang seluruh
rangrang dan burung-burung luruh sayap

Pisau tak bersarung
Alu yang berderap
Pun sepatu dan debu
Bumbu-bumbu dan warung kopi
penuh cakap
tapi tidak tentang kepulangan!
Biarlah, Ibu,
kepulangan menjadi milikku seseorang,
milik ajal dan gairah tak tertahankan

Agar bangkeit segala yang runtuh,
Hingga tubuhmu tak lagi tabu aku sentuh
dengan tangan panjang kenanganku

Begitulah Ibu, tubuhmu menjelma jadi sepotong labu
dalam arus pikiranku
hijau, telanjang, berlumut, terapung hanyut
ke laut pengembara

Maka di ujung puisi ini, sebelum turun hujan
Kujadikan engkau bulan.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama