Puisi Balada Ojol Karya Hamdali Anton

Kupergi saat dini hari. Sebelumnya kukecup pipi putri dan istri. "Doakan aku membawa rejeki lebih dari kemarin." Itulah yang kukatakan pada istriku.

Sedari mula aku tak ada niatan jadi ojol. Karena pemutusan hubungan kerja di perusahaan, aku terpaksa menjalani profesi ini. Ojek online, profesi yang lagi marak saat ini.

Memakai jaket ojol sebagai bukti kalau aku sedang 'dinas'. Menunggu orderan masuk. Autobid aktif untuk 'menangkap' siapa yang membutuhkan jasaku. Mengantar penumpang dari mana ke mana; membelikan makanan; mengantarkan barang, dan lain sebagainya.

Panas kepanasan; hujan kehujanan. Begitulah nasib ojol sepertiku. Bahaya mengintai di mana-mana. Kecelakaan bisa terjadi, keisengan orang untuk melakukan ofik alias orderan fiktif sangatlah mungkin terjadi.

Rasa haus selalu melanda diri. Keringat membuncah di sekujur ragawi. Rasa penat selalu menyinggahi. Kebosanan terasa menyiksa hati.

Demi segumpal uang, aku berjuang. Agar keluarga tak kelaparan.

Berjuang sampai hampir tengah malam. Supaya ada bekal yang kubawa sewaktu pulang.

(Samarinda, 24 Januari 2019)



Sumber: Kompasiana 2019.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama