Puisi Aku Sih Maklum-Maklum Saja Karya Darmanto Jatman

Kau menipuku
Dalam ketakutanmu kehilangan aku
Aku faham.

Kau mendustaiku
Dalam usahamu menyenangkan aku
Aku faham.

Kau diam
Memandang tanganku merayap di perutmu
Lalu rebah di dadamu
Aku faham.

Kau ingat Soeharto? Jenderal itu?
Ia sekarang jadi presiden Republik kita —
Waktu umur 27 tahun ia sudah letnan kolonel
Merebut kembali kota Jogja dari tangan belanda
Dalam suatu pertempuran malam yang mengasyikkan

Aku mulai tidak memahami diriku;
Seperti kau telah menilaiku
Sebagai satu-satunya orang yang berhak menjamahmu.

Kau dengar apa kata orang tentang kita?
‘Ia bukan lakinya!’
‘Mereka belum kawin di gereja!’
‘Ruh Kudus tidak akan menyertai mereka!’

Aku tidak memahamimu;
Atau agaknya Tuhan sedang main ‘Ci Luk Baa’ denganku
Bagaimanapun aku akan menangkapNya.

Kau ingat Chairil Anwar? Penyair itu?
Yang pernah dituliskan oleh penyair-penyair kita.
Orang bilang sajak-sajaknya adalah sajak terbaik
Ia mati pada umurnya yang ke-27

Kau tersenyum?
Aku faham.

Dan aku terbakar dalam gairah
gemerincing logam biru
yang beradu dalam daging-dagingku.
Wah

Jangan mengaduh
Ini bagianmu, sebagai kata alam.
Jangan menggeliat-geliat
Ini bagianmu, begitu kata orang.
Nah
Nah

Selesai sudah
Aku hampir tak faham.

Betul juga kau
Tuhan sedang main ‘Ci Luk Baa’ dengan kita
Sekarang kita lega
Sedikit kecewa
Biru yang makin samar
Keluh yang tiada terdengar:
Dosa Dosa Dosa
Apa itu ya?
Neraka Neraka Neraka
Wah?

Yah. Baiklah
Kuakui sekarang
Umur 27 aku belum apa?
Sekaligus bertanya:
Lalu bagaimana?


Sumber: Horison, Maret 1972.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama