Yudhistira A.N.M. Massardi


Nama lengkapnya adalah Yudhistira Ardi Nugraha Moelyana Massardi. Ia lebih dikenal dengan nama Yudhistira ANM Massardi sebagai pengarang dari berbagai jenis karya sastra (novel, cerpen, puisi, dan naskah sinetron). Pengarang ini dilahirkan di Karanganyar, Subang, Jawa Barat tanggal 28 Februari 1954. Orang tuanya bernama Massardi, asli Cirebon, Jawa Barat, seorang pemilik bengkel sepeda. Yudhistira kakak beradik dua belas bersaudara, keturunan Jawa-Sunda. Ibu Yudhistira bernama Mukinah berasal dari Maos Cilacap, Jawa Tengah. Ketika Yudhistira dan Noorca, kembarannya, duduk di bangku SMP, mereka pindah ke Yogyakarta ikut kakaknya.

Setamat dari SMA Yudhistira mulai terpacu untuk menulis setelah melihat tulisan Noorca dimuat di koran Jakarta (femina, 1994).

Ketika pindah ke Jakarta, Yudhistira mengontrak rumah di daerah Kawi. Dia pernah mengontrak paviliun di daerah Kebayoran. Selain tinggal di Jakarta, Yudhistira telah beberapa kali tinggal di luar negeri untuk beberapa keperluan, misalnya, (1) di Jepang tahun 1983 selama satu tahun untuk melakukan riset, (2) di Iowa Amerika Serikat pada tahun 1983 selama 3 bulan dalam rangka Program Penulisan Kreatif Internasional, dan (3) di Hongkong tahun 1984 selama satu minggu untuk mengikuti studi perbandingan di News Departemen TVB Hongkong.

Yudhistira menikah dengan Aprisca Hendriany pada tahun 1985. Ada keunikan tersendiri ketika Yudhistira mencari calon pasangan hidupnya. Dia memiliki kamus tersendiri. Yudhistira mengibaratkan wanita sebagai buku. Kalau wanita sudah sering berpacaran berarti halaman bukunya sudah banyak tulisan. Akhirnya, Yudhistira mencari wanita yang belum pernah berpacaran atau bagaikan buku yang masih bersih. Dia menjatuhkan pilihannya kepada gadis cilik Aprisca yang waktu itu masih berumur 10 tahun (1977). Jika ada orang bertanya tentang gadis itu, Yudhistira selalu menjawab bahwa gadis itu adalah keponakannya. Setelah Sisca, panggilan Aprisca Hendriany, berusia 18 tahun, Yudhis menikahinya. Ketika itu Sisca masih duduk dibangku kelas 2 SMKK (Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga). Pasangan yang berbeda usia 13 tahun tersebut dikaruniai putra tiga orang, yaitu Igadada Yudhistira (lahir 9 November 1985), Matatiya Yudhistira (lahir 21 April 1990), dan Kafka Dikara Yudhistira (lahir 21 Mei 1995).

Pendidikan terakhir Yudhistira ANM Massardi adalah Akademi Sinematografi IKJ (mulai kuliah 1976, tidak selesai). Pendidikan SD ia selesaikan di Subang, Jawa Barat. SMP, SMA ia selesaikan Taman Siswa, Yogyakarta (1972). Ketika itu, ia ikut kakaknya. Yudhistira mengakui bahwa ia tidak memiliki latar belakang keluarga intelektual.

Yudhistira menyatakan bahwa riwayat pekerjaannya dimulai dari kecil. Dia bekerja mulai sebagai penjual kue dan koran ketika masih di Subang, kampung halamannya. Yudhistira pernah menjadi wakil Pemimpin Redaksi majalah Lelaki, tahun 1976—1978. Tahun 1979—1981 Yudhistira bekerja sebagai wartawan majalah berita mingguan Tempo. Kehidupannya sebagai wartawan Tempo tidak berlangsung lama karena ia kemudian menjadi Redaktur Pelaksana sekaligus pendiri majalah berita Jakarta-Jakarta, tahun 1985—1987. Pada tahun 1988—1992 Yudhis pindah tempat kerjanya, meskipun dengan jenis pekerjaan yang sama, yaitu sebagai Redaktur Pelaksana Majalah Humor. Tahun 1993—1994, Yudhistira beralih profesi dari dunia tulis ke dunia televisi. Ia menjadi Script Supervisor/Executive Producer PT Indosiar Visual Mandiri (membangun News Division, Memimpin Local Drama Project). Yudhistira kembali menekuni dunia tulis pada tahun 1994—1998, yaitu menjadi Redaktur Pelaksana di Majalah Gatra. Pekerjaan yang masih ditekuni dari tahun 1998—2001 adalah sebagai Pemimpin Umum Majalah Gatra.

Yudhistira ANM Massardi mulai menulis karya sastra ketika di bangku SD. Tulisan-tulisannya mulai dipublikasikan ketika Yudhis di SMP dengan judul "Aku Cinta Padamu" di Warta Minggu. Dia sering menggunakan nama samaran Yan dengan tujuan untuk memudahkan menulis. Keinginan menulis terpacu ketika di bangku SMA Yudhistira melihat tulisan Noorca termuat di koran Jakarta. Sasaran pembaca karya-karyanya adalah kalangan remaja.

Sayembara mengarang yang pernah dimenangi Yudhistira adalah "Mencoba Tidak menyerah" (novel), yang memenangkan sayembara dari DKJ tahun 1980. Karya Yudhistira Arjuna Mencari Cinta (novel, 1977) dinyatakan sebagai Bacaan Remaja Terbaik 1977 oleh Yayasan Buku Utama. Arjuna Mencari Cinta dan Arjuna Mencari Cinta Part II (novel, 1980), keduanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Noriaki Oshikawa, 1995, 1996), "Wot atawa Jembatan" (sandiwara, 1977) memenangkan sayembara mengarang Dewan Kesenian Jakarta, Sajak Sikat Gigi (kumpulan sajak, 1983) dinyatakan sebagai satu dari empat kumpulan sajak terbaik tahun 1977 oleh Dewan Kesenian Jakarta. Selain menulis sajak, cerpen, dan novel, Yudhistira juga menulis naskah sinetron, yaitu "Kerikil Putih" (1993, BKKBN/TPI), "Ngidam" (1993, BKKBN/TPI), "Joni Garang" (1994, serial), dan "Arjuna Mencari Cinta" (1977, serial). Gelar yang pernah diraih Yudhistira adalah sutradara terbaik II dan penata artistik terbaik tahun 1977. Selain menulis karya sastra, ia juga menulis karya nonsastra, antara lain "Refleksi Peristiwa Dunia" (1994).

Taufik Ikram jamil (1985) dalam tulisannya "Antara Menjual Sastra & Dodol" menyebutkan bahwa Yudhistira ANM Massardi tidak mempunyai konsep terhadap keterjunannya di dalam sastra. Yudhistira menanggapi pernyataan itu; ia menyebutkan bahwa karya yang berbobot sastra itu ialah karangan yang mampu berkomunikasi dengan pembacanya, dengan penikmat karya sastra itu sendiri. Yudhistira mengibaratkan sastra hendaknya seperti musik dangdut, yaitu karya sastra harus dapat menjangkau publik sebanyak-banyaknya. Dengan demikian, Yudhistira masuk dalam sastra dangdut.

Yudhistira pernah disebut-sebut oleh kritikus sastra Indonesia H.B. Jassin sebagai penulis muda berbakat. Jassin mengatakan bahwa Yudhistira tidak ambil peduli apakah hasil tulisannya itu bernilai sastra atau tidak.

Jika kita sering membaca majalah hiburan seperti Midi, Gadis, Aktuil, Top, atau surat kabar Kompas, Sinar Harapan, dan sebagainya, tidak mustahil di sana kita dapati cerita pendek seorang bernama Yudhistira Ardi Noegraha Massardi. Di Horison pun bisa kita dapati beberapa cerpennya. "Y Yang Ku" itulah cerpen pertamanya yang dimuat dalam majalah Horison, "sangat berbobot dan sulit dimengerti", begitulah katanya. Untuk beberapa waktu lamanya, cerpen itulah yang menjadi ukuran bila ia menulis untuk Horison, sampai lahirnya cerpen barunya yang dimuat dalam majalah tersebut, yaitu "King Size", "Kambing", "Saat-Saat Yang Memabukkan", dan "Sang Pemenang".

Karya Yudhistira ANM Massardi, antara lain, adalah novel 1) Arjuna Mencari Cinta (1977), 2) Arjuna Mencari Cinta Part II (1980), 3) Arjuna Wiwahahaha (1984), 4) Obladi Oblada (1979), 5) Mencoba Tidak Menyerah (1980). Sandiwara 1) "Wot atawa Jembatan" (sandiwara, 1977); dan 2) "Ke" (sandiwara, 1978). Kumpulan Cerpen 1) Penjarakan Aku dalam Hatimu (1979), 2) Yudhistira Duda (1981), 3) Wawancara dengan Rahwana (1983), dan 4) Wanita dalam Imajinasi (1994). Kumpulan sajak 1) Rudi jalak Gugat (1982), 2) Sajak Sikat Gigi (1983) dan 13) Sajak (1977).