Puisi Masuk Angin Karya Beni Satryo
Ketika kau masuk angin, kau akan menemukan diriku menjelma gumpalan daki bercampur balsam di ujung uang koinmu. Dan pa…
Ketika kau masuk angin, kau akan menemukan diriku menjelma gumpalan daki bercampur balsam di ujung uang koinmu. Dan pa…
Aku bertamu ke kuburan ayah. Memohon do'a restu. "Kemarin kemiskinan datang ke rumah," kataku. "…
Di pantura. Air mata dan samudera mesra berkawin. Berbulan madu di cakrawala. Menjadi sebutir telur asin. - Beni Satryo S…
Kau bertanya banyak hal saat kita mampir di restoran itu. Ini apa? Lada. Ini? Garam dan saus. Itu apa? Pisau dan garpu. Itu…
Ku dengar lagi, suaramu yang empuk dan merdu. Persis dengkul Brimob dan ricik water canon di malam itu; Di depan pagar Sena…
Sapu lidi yang kesepian. Jauh dari cinta yang berdebu. Kolam kering tanpa ikan. O, aku tumpah kepadamu. - Beni Satryo Sum…
Seekor nyamuk masuk ke dalam kuping. Lalu, keluar lewat mulut. Menjadi seekor anjing. - Beni Satryo Sumber: Indoprogress…
Kejahatan sudah sedekat sinar rembulan. Tercatat di selembar kertas gorengan. “Seekor bakwan angslup ke dalam wajan!” kau b…
Kepalaku terbuat dari sebuah kulkas. Setiap malam berbunyi. Sekali dibuka, cuma ada sebutir telur. Itupun tak pernah meneta…
Sungai-sungai menggenang. Menggigil. Memeluk luka- luka yang hidup. Berdenyut dan menggetarkan. Pinggiran wajan. - Beni Sa…
Di dalam mulutku ada becak menganggur. Ia tak kuat di jalan menanjak, dan mudah terjungkal di jalan menurun. Di jalan datar…
Sepasang terigu mulai berdoa. Mereka menyiapkan bunga seledri dan membereskan butiran garam. Di atas dengkulku. Senja akan …
Bus-bus yang kosong. Angin menembus bangku-bangku. Ku ingat lagi tubuh- tubuh yang pernah duduk di sini. Tersusun paralel m…