Puisi Rumah Batu Karya A. Muttaqin
Di jantungku, ingin kubuat rumah batu, supaya bisa kumasukkan kau ke situ. Lalu, kugali sebuah telaga, bertabur ikan m…
Di jantungku, ingin kubuat rumah batu, supaya bisa kumasukkan kau ke situ. Lalu, kugali sebuah telaga, bertabur ikan m…
Ha, hamba berlindung dari duri yang membuat si mawar dimungkiri Na, nasihat adalah ulat yang membuat daun cacat dan burung…
Ter, terpujilah derkuku yang membuat bulu-bulu kami tumbuh lagi Ter, terpujilah perkutut yang membuat empat kur kami dimen…
Dulu, sebagai hambar, kubakar dupa supaya pakaianku harum dan indah. Kini, sebagai musafir kubakar wajahku untuk melupaka…
Aku melihatmu terbang, melayang, tanpa beban. Sayap dan bulu bukan bagianmu tapi kelebatmu lebih ringkih dari buih dan …
Burung zindik berbisik kepada jangkrik: Jangan berisik, besok kau bakal diuntal cendet cedal yang terpental dari alas asa…
Bagaimana mungkin sang kutilang, burung penyair yang riang dan rajin sembahyang itu mengoceh di pucuk pohon cemara bahwa …
Di ranting garing, gelap merambat bagai sayap codot Mendekap buah. Buah-buah membuka mata. Segerumbul Anggur terpekur dari …
Tirai panggung dibuka: dalam siluet remang sebutir telur berangsur retak menetaskan kunang-kunang menetaskan kunang-k…
Dia hanya kelebat, secepat kilat, tapi rambutnya yang panjang dan pekat, membebat kakiku yang jadi ungu setelah menyebut na…
Duh, bunga batu yang tumbuh di badanku, aku ingin mencucupmu sekeras batu: batu yang melahir dan mengutukku. Lalu, kita…
Buyut-buyutku mengikuti nabi yang cukup diri Mengajar rupa mencintai seperti menebar benih Kakek merawat sapi, gelambirn…
Kepada Rajawali, Tuan para burung, yang tak pernah kami temui. Mungkin Tuanlah ratu adil untuk bangsa burung yang kerdil…
Ular yang seribu tahun lalu menyusup ke rumahmu telah kausamak di badan waktu, seperti tato tua yang tak luntur oleh hujan …
Dari pancaroba, dari musim panas nan bertuba, kutemukan selembar Putma: sebidang taman yang menyimpan kuncup madah dan kemb…
Duh, gerimis yang meniris pelipis. Aku tak ingin menangis dan mengiris kupingku tipis-tipis. Anggur-anggur tak lagi manis. …
Seuntai tasbih memutari sepi. Sepasang terompah menjelma menjadi dua ekor kuda. Dua kuda itu berdiri menoleh ke kanan…
Wati, inilah peti mati yang kubawa dari mimpi ke kota. Di dalamnya, aku menyimpan kemarau, hujan, dan sebentuk musim gug…
Selembar bulu yang dihembus angin dan hinggap di matamu itu adalah kabar kematian kami yang tak tersiar arus sungai. Sun…
Kopi adalah kopiah yang debunya menyala menyigi malam dan mimpi. Rokok adalah ruh yang disesap harap supaya sepi murup…